Dalam hitungan hari, Insya Allah Mirza-Jihan akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung pada 6 Februari 2025. Di saat itu pula, kedua pemimpin muda Lampung ini akan memulai kiprah memimpin daerah berpenduduk 9,4 juta jiwa. Jumlah yang cukup besar, nomor dua di Pulau Sumatera.
Keduanya mulai beradaptasi. Bahkan Gubernur Terpilih Rahmat Mirzani Djausal, pada tengah malam, berada di Way lunik Panjang, Bandarlampung, 21 Januari 2025, memantau perkembangan banjir yang menimpa warga di sana.
Kehadiran Mirza tidak hanya menguatkan hati warga yang tertimpa musibah, tetapi menunjukkan bahwa negara hadir melihat musibah yang terjadi.
Sikap responsif ini menjadi keunggulan Mirza-Jihan. Sebuah mobilitas tak terbatas, tak kenal waktu, hujan atau panas, siang atau malam. Tuntutan rakyat menginginkan sikap “mobile” dalam memaknai pelayanan publik.
Refleksi Ikan Busuk dari Kepala
Hanya selang sepekan menjelang hari pelantikan, media on line kembali memuat defisit anggaran Lampung. Tulisan bersambung itu menayangkan penyebab kebocoran APBD yang justeru melibatkan ratusan SDM yang notabene aparatur sipil negara (ASN).
Akankah perjalanan yang masih panjang yang akan ditempuh oleh Mirza- Jihan memimpin Provinsi Lampung harus dimulai dengan langkah pertama: bersih bersih? Seperti halnya pernyataan Presiden Prabowo secara nasional.
Dari mana sebetulnya good and clean governance atau tata pemerintahan yang bersih dan baik itu seharusnya dimulai?
Ada hal sederhana yang sering terabaikan yaitu membangun sesuatu dengan prinsip. Mobilitas untuk melayani rakyat tidak menjadikan posisi pemimpin lebih tinggi dari yang lain di mata rakyat. Karena rakyat tak perlu diajari struktur jabatan atau esselon. Who’s care? Melainkan mereka membutuhkan contoh yang baik.
Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara ini dikutip Presiden Prabowo saat melakukan retreat Menteri Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang akhir Oktober 2024 lalu.
Kalau anak buah basah, pimpinan harus basah. Kalau anak buah kepanasan, pimpinan harus kepanasan. Kalau anak buah lapar, pemimpin harus merasakan lapar juga. Itu adalah asas kepimpinan Presiden Prabowo. Pemimpin selalu berada di tempat yang paling berbahaya. Pemimpin harus berada di tengah-tengah anak buah.
Selintas kita akan terbayang, bagaimana Gubernur Terpilih Rahmat Mirzani tengah malam itu di Way Lunik mungkin tak tidur karena berada di lokasi banjir bersama masyarakat. Basah. Dan diterpa angin dingin yang menusuk tulang. Sejenak kita lupa bahwa beliau (Gubernur Terpilih Rahmat Mirzani Djausal) adalah bakal orang nomor satu di Bumi Ruwa Jurai.
Mungkinkah bisa disebut defisit anggaran yang dilakukan hingga ratusan ASN dan menyebabkan kebocoran APBD dimulai dari krisis keteladanan? Entahlah.
Presiden Prabowo menyebut ikan busuk dari kepala. Hal ini menjadi bagian yang harus direnungkan dan dipahami bagi para pimpinan dalam memberi contoh dan teladan yang baik bagi jajaran pemerintahannya.
Secara nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) membeberkan data 2023. Data itu menunjukkan hampir 54 persen perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah tidak efektif dan tidak efisien.
Saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024 yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis, 7 November 2024, Presiden Prabowo Subianto juga telah mengisyaratkan perlunya efisiensi. Hal ini dibuktikan dengan diturunkannya Inpres Inpres Nomor 1 tahun 2025.
Narasi yang menggunakan istilah sindiran “ikan busuk dari kepala” dalam tulusan ini hanya merupakan sebuah analogi dari sisi kepemimpinan. Sama sekali tidak bermaksud untuk menghakimi pihak tertentu terkait dengan persoalan defisit anggaran. Dia hanya merupakan sebuah logika umum.
Strategi
Secara nasional, ketika banyak kalangan yang bertanya dari mana uangnya Indonesia bisa menerapkan berbagai program besar, seperti Program Makan Bergizi Gratis, Swasembada Pangan Swasembada Energi dan sejumlah program-program besar lainnya. Pertanyaan ini menyebutkan bahwa program program itu memang membutuhkan uang yang besar.
Namun ternyata hal ini dijawab oleh Presiden Prabowo dengan sejumlah strategi, termasuk penghematan Rp306,69 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku bahwa Presiden sangat cermat meneliti anggaran tersebut hingga ke poin ke sekian.
Apa yang dilakukan oleh Presiden Prabowo menunjukkan strategi yang dilakukannya dalam memulai visi besar bangsa. Jika ditelusuri lebih jauh setidaknya tiga strategi yang tampak menonjol.
Pertama, membangun sebuah sistem yang dapat mencegah kebocoran anggaran. Saat diterapkannya e-katalog versi 6 kita menyadari hal itu merupakan upaya membangun sistem untuk mengurangi kebocoran sering terjadi.
Presiden Prabowo mengatakan bahwa dengan diluncurkannya katalog elektronik V6, merupakan wujud nyata transformasi digital dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang akan memberikan dampak signifikan dalam berbagai aspek, terutama dalam hal efisiensi, transparansi, dan penghematan anggaran.
Bukan itu saja. Lahirnya Inpres Nomor 1 Tahun 2025 juga menjadi bagian dari upaya Presiden membangun sistem untuk mencegah kebocoran.
Kedua, masyarakat berharap dengan sistem yang baik ditempatkan personal-personal yang memiliki track record yang baik juga. Artinya, orang-orang yang terpilih lah yang layak untuk menduduki posisi tersebut Sebab bagaimanapun juga banyak anak bangsa yang harusnya diberi kesempatan mengabdikan diri.
Ketiga, faktor pengawasan. Kita tidak mungkin memasang personal dengan track record yang kontroversial untuk melakukan pengawasan terhadap sistem yang sehat dan personal yang memiliki track record baik.
Dengan belajar strategi yang dilakukan Presiden Prabowo, masyarakat Lampung berharap Mirza-Jihan dapat menerapkan sistem secara sehat, personal yang memiliki track record yang baik dan membangun pengawasan yang terbaik dari orang orang yang bersih. Apalagi keduanya merupakan pemimpin muda Lampung yang tak memiliki beban kepentingan dalam track record nya.
Contoh kasus defisit anggaran yang mengesankan bahwa seketat apapun aturan masih saja ada celah terjadinya kebocoran semoga dapat terjawab dengan menerapkan strategi, sistem, personal dan pengawasan yang tepat, dibawah kepemimpinan dan keteladanan Mirza-Jihan yang belajar dari keteladanan Presiden Prabowo. Semoga!
Post a Comment