Kandas di Pantai Kunyit, Tongkang Bermuatan 7000 Ton Batubara Diduga tak Layak Beroperasi

Bandar Lampung, - Kapal tongkang yang memuat 7000 ton batubara dari Jambi untuk menyuplai kebutuhan PLTU Sebalang, yang kandas di Pantai Kunyit, diduga tak layak beroperasi. Pasalnya, banyak terjadi kebocoran di badan kapal, hingga harus dikandaskan di Pantai Kunyit untuk perbaikan.


Saat dikonfirmasi, Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Panjang membenarkan adanya kapal tongkang yang kandas di Pantai Kunyit.

Kabid Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli (KBPP) KSOP Pelabuhan Panjang, Abdi Sabda mengatakan, kapal tongkang bermuatan batubara itu sengaja dikandaskan di Pantai Kunyit lantaran mengalami kerusakan.

"Kapal (tongkang, red) itu sudah mengalami kemiringan satu hari satu malam sebelum kesini, dan sampai disini mereka diminta penyelamatan," terang Abdi, via ponsel.

Kata dia, pada malam saat kapal sudah dalam kondisi miring, semua pihak terkait rapat.

"Ada dua alternatif dan sudah dirapatkan, apakah kapal masih mungkin untuk disandarkan atau dibongkar di JT nya Tembalang, tapi JT meragukan. Maka sesuai dengan alur pelayaran di Panjang kita cari tempat dimana dapat dikandaskan, kita cari titiknya dengan navigasi. Mulai mulut alur dikandaskan kapal itu di Kunyit," jelasnya.

Dikatakan, berdasarkan kondisi kapal, terjadi rembesan dari atas di mainhole sehingga mengalami kemiringan. Dan kenapa tidak bisa dengan cepat ditangani ?

"Ternyata setelah dipompa air dari dalam kapal dan agak keangkat teratas, dilihat idak gerakannya tidak cepat, karena ternyata ada kebocoran lagi di side sell. Ada crack, sehingga digunakan lima pompa untuk memompa air yang ada dalam kapal dan mengapungkan kapal dan mereka sedang menambal bagian side sell tersebut," bebernya.

Terkait batas waktu penyelesaian kerusakan kapal, pihak KSOP tidak bisa memberi limit waktu djalam kondisi emergency (rusak, red) seperti ini.

"Menurut mereka 10 hari finish, tapi setelah kami tahu bagian mana yang mengalami kebocoran kemungkinan 2 atau 3 hari air sudah dapat dikuras dari tongkang," ujarnya.

Dikatakan, dalam hal ini, yang menangani disini adalah agennya.

"Dalam kondisi emergency seperti ini, jika mereka sudah tidak bisa mengangkat lagi, kita minta owner untuk mentransfer muatan ke tongkang lain," pungkasnya.

Sementara, terkait kondisi masyarakat yang terdampak, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) baik kota maupun provinsi, hingga hari ini, Sabtu (21/9/2024) belum mengambil langkah.

Mayoritas yang terkena dampak hingga alami sesak nafas, adalah anak - anak dan ibu rumah tangga. Hal itu timbul dari debu batubara yang berada di atas tongkang kapal yang rusak. Selain sesak nafas, warga juga merasa panas di tubuh. Debu dari batubara yang sudah 9 hari kandas diatas kapal itu juga menghitamkan lantai keramik rumah.

Kabid Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Denis Adiwijaya, mengaku sudah turun ke lokasi kandasnya tongkang tersebut. Dan dia pun sudah menginformasikan ke DLH Provinsi karena menurutnya ini ranah provinsi.

"Sudah saya informasikan dan koordinasi ke Provinsi karena ini lokasinya di bibir pantai dan itu ranahnya LH provinsi," ungkap Denis.

Sementara, menyikapi hal ini, DLH Provinsi Lampung, melalui Yulia, Kabid Penaatan, mengaku akan melaporkan persoalan ini kepada pimpinannya terlebih dahulu.

"Kami belum kesana mbak, belum ada laporan yang masuk ke kami, kami siap turun apabila ada perintah dari pimpinan, besok berita akan kami laporkan ke kadis," ujar Yulia, pada Sabtu (21/9/2024).

Saat ditanya kapan akan cek lokasi, dia belum bisa memastikan.

"Nanti saja mbak, kalau terkait belum turunnya kami, nanti malah salah interpretasi kalau diberitakan," kata dia.

"Saya Senin pagi akan lapor pimpinan dulu ya," imbuhnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post