Lampung Selatan - Melalui tulisan ini, saya meminta dan memohon kepada Kemdikbud RI atau Dinas Pendidikan provinsi atau kabupaten/kota sebaiknya mempertimbangkan kembali kebijakan terkait acara perpisahan – study tour atau wisuda sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota”.
Sungguh, terlalu besar risiko yang bisa terjadi dari acara perpisahan sekolah model seperti itu. Apa sih tujuan acara perpisahan sekolah? Setidaknya, ada 5 (lima) pertimbangan untuk menyetop acara perpisahan sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota”, yaitu:
Panitia atau pihak sekolah sering kali lalai soal kelayakan bus yang digunakan untuk acara perpisahan, dengan alasan “mencari yang sesuai budget” sehingga mengancam keselamatan siswa atau peserta acara perpisahan sekolah.
Perpisahan sekolah ke luar kota sering kali membuat orang tua khawatir dan was-was akan keselamatan anak-anaknya karena soal yang kerap diabaikan, seperti kelayakan bus, kualitas makana, atau keselamatan siswa di lokasi atau objek wisata yang dikunjungi.
Bila tujuan acara perpisahan sekolah ke objek wisata, sudah bukan saatnya lagi untuk dikunjungi. Siswa bisa mempelajari objek wisata tersebut melalui internet atau menyerahkannya kepada orang tua.
4.Biaya acara perpisahan sekolah sering kali “memberatkan” orang tua, sehingga orang tua jadi serba salah atau terpaksa. Dipaksakan tapi tidak ada uangnya atau utang ke sana-ke sini. Bila tidak dipaksakan, merasa kasihan pada anaknya.Tata kelola acara perpisahan sekolah sering kali hanya menjadi pemikiran “saya dapat apa?” dari acara itu, sedangkan acara tersebut tidak ada dalam mata pelajaran dan nilainya tidak masuk ke dalam raport ataupun ijazah.bahkan keselamatan siswa. pihak sekolah harus sadar akan hal ini, silakan dievaluasi.
Jadi, stop saja acara perpisahan sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota”. Lebih baik acara perpisahan dilakukan di sekolah, dengan menghadirkan orang tua dan siswa/siswi yang bisa unjuk kreasi atas kemampuan atau keterampilan yang dimilikinya. Apalagi di level SMA/SMK, kelulusan sekolah bukanlah akhir. Justru menjadi awal dimulainya kompetisi untuk mendapatkan “kampus negeri” yang terhormat, yang tidak mudah untuk meraihnya. Belum lagi, Uang Kuliah Tunggal (UKT) berbagai kampus saat ini “naik signifikan”. Lebih baik uang perpisahan sekolah ditabung untuk biaya masuk kuliah anak.
Acara perpisahan sekolah, study tour bahkan wisuda TK, SD, SMP, dan SMA/SMK kini jadi fenomena yang sulit dibantah di dunia pendidikan. Maka semua aktivitas perpisahan, study tour atau wisuda sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota” patut ditinjau kembali. Setidaknya, harus ada “standar prosedur” yang ketat bila mau dijalankan oleh pihak sekolah. Menurut saya, sudah bukan zamannya perpisahan sekolah dilakukan dengan “pergi ke luar kota”. Terlalu risiko tinggi dan berpotensi mengabaikan keselamatan siswa dan guru. Untuk apa acara perpisahan sekolah akhirnya merenggut nyawa siswa seperti yang terjadi pada siswa SMK Lingga Kencana Depok?
Selain memberatkan orang tua,menurut saya acara perpisahan sekolah ke luar kota pun tidak mendidik sama sekali. Justru sebaliknya, mengajarkan siswa untuk bergaya hidup hedonis, apalagi di era media sosial seperti sekarang. Perpisahan sekolah cuma jadi konten media sosial semua pesertanya. Bahkan tidak sedikit sekolah yang dalihnya “keterbatasan dana” akhirnya menghalalkan segala cara agar perpisahan sekolah tetap bisa terlaksana.
Post a Comment