Kemarau tahun ini telah menimbulkan dampak masuknya air laut (intrusi) ke dalam tanah dan lahan persawahan di kawasan pesisir Lampung.
Dampaknya, bisa dipastikan akan mengganggu pertumbuhan padi lantaran kadar garam di lahan sawah yang sangat tinggi.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung sendiri mengakui ada tiga lokasi persawahan di sejumlah kabupaten yang mengalami intrusi air laut ini.
“Itu data sementara dan bisa saja bertambah setelah petugas menyelesaikan tugasnya melalukan pemantauan lapangan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Bani Ispriyanto, di Bandarlampung, Selasa (10/10/2023).
Ia mengatakan intrusi air laut di Lampung terjadi di tiga lokasi, yakni di Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji, Desa Ruguk Kecamatan Ketapang, dan Kecamatan Palas di Kabupaten Lampung Selatan. Tiga lokasi itu merupakan kantong penghasil padi di provinsi ini.
Dia menjelaskan intrusi air laut tersebut masuk dalam long storage irigasi yang ada di tiga lokasi tersebut.
Long storage merupakan bangunan penampung air yang berbentuk memanjang yang berfungsi menyimpan luapan aliran permukaan dan curah hujan sebagai sumber irigasi suplementer pada musim kemarau.
Long storage biasanya dibangun di sepanjang saluran pembuangan (drainase) atau sungai air yang akan ditampung.
Bisa disimpulkan intrusi di tiga lokasi ini masuk katagori parah. Bani Ispriyanto mengakui ada beberapa long storagenya yang tidak bisa terpakai.
“Bahkan di Palas air laut sudah masuk lebih jauh. Sudah sampai ke sawah,” ujarnya.
Bila intrusi air laut ke persawahan terus terjadi maka tidak bisa melakukan tanam padi karena ada endapan garam di dalam tanah.
“Kalau sampai air payau masuk, maka harus dilakukan pencucian lahan sawah dengan air hujan berkali-kali selama dua tahun lamanya. Jadi kami berupaya agar tidak banyak air payau yang masuk ke lahan pertanian, sekaligus mengendalikan evaporasi tanah sebagai upaya menghemat air di musim kemarau,” katanya.
Intrusi di Lampung Timur
Sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Sakai Sambayan Universitas Lampung berjudul MENGENALKAN RESIKO DARI INTRUSI AIR LAUT MELALUI PEMETAAN PARTISIPATIF MASYARAKAT PESISIR ditulis oleh Mochamad Firman Ghazali, Choirunnisa Salabila, Ananda Dermawan, Lauditta Zahra, Mila Aulia, Ni Made Mega Meliana. Jurnal tersebut dipublis 20 Maret 2023.
Isi jurnal menjelaskan bahwa petani di Desa Sriminosari dan Margasari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur memanfaatkan lahan di sekitar pesisir pantai sebagai lahan sawah.
Terdapat dua jenis sawah di Desa Margasari dan Sriminosari, yaitu sawah tadah hujan dan sawah irigasi.
Dari total luas sawah sekitar 59% area sawahnya merupakan sawah irigasi dan 41% merupakan sawah tadah hujan(BPS, 2018).
Secara geografis letak sawah di Desa Margasari dan Sriminosari berpotensi terdampak oleh intrusi air laut. Maka perlu adanya pengukuran kadar garam dan pemetaan intrusi air laut di daerah tersebut.
Pada kesimpulannya, para peneliti menyatakan bahwa di Desa Sriminosari dan Margasari memiliki nilai salin (%0 sebesar -0,531 –0,92.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada fenomena intrusi yang terjadi di kedua desa tersebut dengan tingkatan sedikit parah, cukup parah, dan sangat parah.(RED)
Post a Comment