Pendamping PKH Kecamatan Rebang Tangkas Tak Bertanggungjawab Terhadap KPM

 


Way Kanan, 11 Juli 2023.

Sungguh memilukan nasib Komariayah (48) selaku Keluarga Penerima Manfaat ( KPM ) Program Keluarga Harapan ( PKH ) Kampung Air Ringkih Dusun VI Jukuh Jaya, Kecamatan Rebang Tangkas, Kabupaten Way Kanan yang terkatung-katung akibat kinerja pendamping PKH yang tak becus bekerja.

Sahiri (53) selaku suami dari Komariyah berinisiatif untuk bersilaturahmi di kediaman Eko Prasetiyo yang akrab dengan panggilah Fahry kamis (06-07-23), selaku awak media UNDERCOVER untuk menceritakan kejadian yang tengah dialaminya, “Kami sudah mempertanyakan ketua kelompok tentang bantuan kami yang tidak bisa diambil tapi tidak kabar sampai hari ini,” jelasnya Komariah.

“Kartu atm nya ada?,“ sambung eko.
“Ada tapi pas kami mau ambil saldonya kosong, jadi kami bingung kata istri saya disuruh ngambil oleh ketua kelompok tapi gak ada isinya,” jelas Sahiri.

Kemudian tim UNDERCOVER bergerak menuju kediaman Nardi pada hari Jumat (07-07-23) untuk meminta keterangan terkait masalah ibu Komariyah, “itu punya Sahiri sudah dilaporkan keatasan sekarang masih proses,” jelasnya.

Karena dirasa ada yang janggal, kemudian tim langsung menuju kediaman Kasi Kesra Kampung Air Ringkih untuk memperjelas terkait permasalahan tersebut.
“Kami juga bingung mas, sering terjadi ketidakcocokan data antara kampung dengan Pendamping PKH” jelasnya,
“Berarti gak singkron dong data kampung dengan pendamping, tapi gini lo mas data yang aktif itu bukan atas nama Sahiri tapi atas nama istrinya, bagaimana mau ngambil uangnya kalu ATM nya atas nama sahiri bukan komariyah sedang ATM atas nama Komariah ini KPM gak merasa menerimanya” kata Fahry
“Ya itu mas minta tolong sama sampean, tolong bantu dulu KPM kita,” kata Kasi Kesra.

Selanjutnya senin (10-07-23) team mencoba menemui Pendamping PKH Kecamatan Rebang Tangkas berinisIal DW.
Kemudian saya tanyakan dimana Rekening dan ATM Komariyah karena Komariyah tidak menerima atm dan rekeningnya?.
“bukan kami mas yang memngeluarkan ATM dan Rekening,” jelas DW. 

“Saya tahu kalau yang mengeluarkan ATM dan Rekening itu pasti pihak bank, tapi yang saya maksud kan disini sampean yang bertanggung jawab selaku pendamping PKH, saya minta tolong untuk diurus KPM atas nama Komariyah di bank,” kata Fahry.
“Itu Kpm nya harus kebank mas, gini saja saya buatkan surat pengantar, nanti sampean urus ke bank” jelas DW.
“apa sampean gak bisa pak kebank?,” fahry. “Gak bisa lagi sibuk saya” kata DW. “Kalau kami yang ngurus berarti kami pengurus PKH nya,” sahut Rahim ( teman dari Fahry).

Kemudian saya putuskan, "ya sudah pak sampean buatkan surat pengantarnya biar besok kami yang antar KPM nya ke bank,"lanjut Fahry.

Kemudian pada Selasa (11-07-23) Pukul 08.00 WIB saya, Rahim, Sahiri dan Komariah berangkat menuju kecamatan untuk mengambil surat pengantar yang dijanjikan.
Diperjalanan Sahiri menuturkan kalau istrinya sedang sakit ginjal jadi gak bisa cepat karena sakit kalau di bawa agak 'ngebut'.

Sesampainya di kecamatan pada pukul 09:30 WIB pendamping PKH sedang tidak ada di tempat, kemudian saya hubungi ternyata beliau ada di kediamanya di kampung Beringin Jaya.

Tidak menunggu lama kami langsung menemui beliau dan meminta surat pengantar tersebut. Namun pendamping menjelaskan kalau surat ini belum di cap.
"Silahkan temui leni di pertigaan SMA Tanjung Kurung, ini nomornya silahkan dihubungi," jelas DW.

Sesampainya disana kami tidak menjumpai si Leni yang disampaikan tadi.
Sehingga kami hubungi nomor yang di beri DW kepada kami.

Ternyata kami disuruh menemui beliau di Curug Gangsa. Saya jelaskan di via telfon WhatsApp kalau Komariah ini sakit ginjal kasian kalau harus muter-muter kesana.
Namun nyatanya kami tetap diminta kesana untuk menemui Dison Jaya selaku pendamping PKH juga (pengakuanya di via telpon).

Akhirnya kami pun menuju lokasi yang dibagikannya melalui aplikasi Google.
"Ngapa laju kayak diombang-ambingkan gini," gumam saya diatas motor sambil menuju lokasi yang jarak 1-2 Km ±.

Sampai disana saya serahkan langsung surat pengantarnya yang sudah ditunggu oleh mereka berjumlah 4 orang, 2 laki-laki 2 perempuan. "Ngapa kami ini laju kayak diombang-ambingkan gini" jelas Fahry.

Setelah di cap kemudian langsung kami menuju ke bank mandiri di Baradatu.

Alhamdulillah sesampainya kami di bank pada pukul 12:00 WIB kami langsung dilayani dengan baik. Ketika itu salah satu petugas bank menanyakan keberadaan pendamping PKH. Lalu Fahri menjawab "Tidak bisa antar dia pak, sibuk".

Tidak lama kemudian Rekening dan ATM keluar dan langsung kami ambil uang yang ada di ATM tadi.

"Alhamdulillah mas sudah cair, kami sudah sekian bulan ini pontang-panting ngurus ini belum juga kelar, prosas-proses kata ketuanya, ini sama mas fahry sehari jadi," jelas Komariyah.

Harapan saya selaku awak media dari UNDECOVER agar kiranya petugas Pendamping PKH atau Dinas terkait agar bisa lebih bertanggung jawab atas KPM nya, karena tidak semua KPM berani mengurus ke Bank secara mandiri.

Disini terbukti tidak semua wartawan / jurnalis jelek yang selama ini dianggap oleh banyak kalangan masyarakat. Karena kami tidak memungut Rp.1.000,- pun dari apa yang sudah kami perbuat oleh KPM AN Komariyah, Karena pada hakikatnya, " barang siapa mempermudah urusan orang lain, maka Allah akan memudah kan urusanya," jelas Fahry kepada Komariyah. (Red)

Post a Comment

Previous Post Next Post