Oleh: Pinnur Selalau
Karakter dunia politik sedikit berbeda dengan dunia lainnya, Olahraga misalnya. Di dunia olahraga, jika tenaga sudah melemah, seorang atlet harus mengikuti hukum alam. Dia mundur. Bisa beralih profesi menjajal dunia bisnis. Bisa menjadi pelatih di cabang yang sama. Bahkan bisa banting setir, mencoba dunia baru yang sesuai dengan passion-nya. Di saat yang bersamaan, regenerasi terjadi. Pemain baru bermunculan dengan tenaga besar, tenaga baru. Mereka yang menjaga tradisi, melanjutkan perjalanan sejarah selanjutnya. Mereka yang memegang kendali.
Dunia politik lain lagi. Tak banyak pihak yang bisa masuk ke dalam sistem partai. Ada yang masuk lewat jalur normal, melewati proses panjang. Kita mengenalnya Politisi Organik. Pengalaman berorganisasi di sekolah dan di bangku kuliah menjadi bekal utamanya. Mereka masuk pintu dunia politik lewat penempaan diri dan dilewati secara bertahap.
Namun ada juga yang masuk pintu politik dan memasuki sistem partai dengan cara instan. Sebagian bisa masuk dengan modal finansial. Tak sulit bagi seorang pengusaha, tua ataupun muda, untuk masuk jalur politik. Bahkan mereka disiapkan jalur istimewa. Bisa menyalip ke urutan atas pencalonan kontestasi pemilihan anggota legislatif, bahkan menyalip tokoh-tokoh senior partai di jalur eksekutif. Ada privilege yang melekat dalam dirinya.
Sebagian lagi memasuki pintu politik dari jalur modal sosial. Popularitas dan Ketokohan bisa menyingkat jarak dalam urusan politik. Seorang artis atau pesohor publik, sebagaimana pengusaha, bisa memasuki sistem partai dengan jalur patas. Kita bisa menyaksikan para artis menyulap dirinya menjadi politisi. Ada artis penyanyi, artis sinetron dan film, bahkan artis pelawak. Tak sulit mereka menarik simpati dan menabur daya magnet yang bisa mendulang suara dan membawa mereka sampai di singgasana kekuasaan.
Pintu masuk lainnya dari lajur tengah, yaitu menjadi putra, putri, atau keluarga politisi senior. Tak sulit kita menyaksikan partai menjadi seakan milik keluarga. Meski dalam realitasnya, penentuan mereka terpilih atau tidak diserahkan kepada rakyat sebagai pemilik suara, namun pada kenyataannya mereka tak menghadapi kendala berarti. Karakter dunia politik kita sepertinya mempermudah keluarga untuk masuk ke sistem kepartaian dan kemudian memenangkan event pemilihan.
Mereka yang masuk dari tiga pintu itu, finansial, sosial, dan emosional keluarga itu tak disalahkan dalam sistem politik kita. Kalkulasi partai lebih dianggap rasional ketika politisi bisa mengangkat nama besar partai dan mampu meraup suara maksimal dalam ajang politik. Politik pada akhirnya dipahami sebagai seni untuk bersaing mendapatkan dukungan dan suara publik sebanyak mungkin.
Tantangan Politisi Pendatang Baru
Di dunia politik, seorang tokoh bisa terus bertahan meski tenaga tinggal sedikit tersisa. Jika mungkin, dia bisa saja duduk di dunia politik hingga di akhir usianya. Menjadi anggota dewan, dari level kabupaten dan kota, provinsi, hingga pusat, bisa dipertahankan tanpa batas jabatan. Mereka pencipta sistem dan Undang-Undang Pemilu. Mereka juga yang memutuskan aturan yang memungkinkan segala hal bisa terjadi. Mereka sulit dikalahkan. Bahkan sekadar digeser, mesti dilakukan dengan teknik, taktik, dan strategi yang revolusioner.
Mereka, para politisi senior bisa menjadi referensi politik bagi juniornya. Mereka adalah guru dan idola. Mereka yang mengajari bagaimana bertahan hidup dan bagaimana mempertahankan prinsip. Para politisi senior sudah tahu cara dan strategi pamungkas yang tak mudah ditembus para juniornya. Kita bisa saksikan, hingga usia di atas 60 dan 70 tahun, para politisi masih bisa bertahan dan mengamankan posisinya di belantika dunia politik. Tak sulit mengidentifikasi nama karena banyaknya.
Sementara politisi pendatang baru, yang berkiprah dengan normal, tanpa memasuki tiga jalur patas di atas, mereka mesti cerdas dan cerdik. Para politisi gaek bukan tak bisa dikalahkan. Banyak kisah nyata bahwa pada akhirnya, politisi senior bisa ditanggulangi politisi pendatang baru. Terlebih saat ini. Ketika dunia berubah, era disrupsi meniscayakan para politisi mampu menguasai tiga teritorial. Udara, darat, dan laut. Jalur online, jalur langsung berinteraksi dengan masyarakat, juga jalur yang sulit dideteksi oleh publik seperti jalur money politics, misalnya.
Para politisi pendatang baru, di satu sisi dihadapkan dengan tembok tebal yang menyulitkan mereka bisa lancar melenggang. Namun di sisi lain mereka juga dihadapkan oleh kenyataan yang berpihak. Kini, politik membutuhkan inovasi dan kreativitas yang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Di titik ini, para pemilih menunggu cara baru yang mampu menarik minat mereka. Di antaranya dengan mengikuti perkembangan zaman, melalui jalur teknologi dan perkembangan sosial dan budaya. Masalahnya, jika politisi senior juga mampu menguasai ilmu baru berbasis teknologi, maka peluangnya akan sama. Politisi pendatang baru, dalam hal ini, meski cerdas dan cerdik menanggulangi realitas politik yang semakin dinamis ini. Menghadapi 2024, peluang mereka kini sama dengan kompetitornya, yaitu politisi senior.
Post a Comment