Bandar Lampung – Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang baru sangat penting, terutama di daerah-daerah dengan kondisi TPA nyaris penuh. Adanya TPA sampah baru akan mencegah semakin buruknya kondisi lingkungan.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung I Made Bagiasa menjelaskan, solusi paling memungkinkan untuk mengatasi persoalan TPA penuh adalah menambah TPA sampah.
"Ya ditambah saja (TPA) kalau memang sudah mau overload. Itu yang paling memungkinkan," katanya, Rabu (8/2/2022).
Made mengungkapkan, masyarakat selama ini telah merasakan dampak dari sampah yang menggunung beserta limbah air dari gunungan sampah. Dampak itu misalnya berupa penyakit dan kualitas air yang memburuk.
"Ini harus benar-benar disikapi. Jangan sampai masyarakat semakin terkena dampaknya," ujar Made.
Pihaknya mendukung rencana pembangunan TPA regional oleh Pemprov Lampung.
"Itu (TPA regional) bagus. Tentu kami support," katanya.
Jangan Sekadar Pindahkan Masalah
Sementara Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung Irfan Tri Musri menyatakan, penambahan TPA baru jangan sekadar memindahkan masalah. Pihaknya meminta pemerintah daerah mengelola secara baik seandainya ada TPA baru.
"Jangan lagi menggunakan sistem open dumping,” ujar Irfan, Rabu. “Jangan terkesan hanya memindahkan masalah. Apa bedanya jika pengelolaannya sama seperti di (TPA) Bakung misalnya?" sambung Irfan.
Menurut Irfan, TPA Bakung saat ini menjadi sorotan dalam isu lingkungan. Kondisinya, lanjut dia, bisa saja menjadi bom waktu bagi masyarakat.
"Apalagi yang ada di sekitar tanggul penahan TPA. Kalau tanggul itu jebol, bisa saja menenggelamkan permukiman warga," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah daerah serius mengantisipasi terjadinya overkapasitas di TPA.
"Pemerintah harus mengambil langkah khusus. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, semakin hari akan tiba pada masa overkapasitas. Kalau itu terjadi, maka masyarakat yang akan dirugikan," tandasnya.
Adapun Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Wiyadi meminta Pemkot Bandar Lampung mencari solusi pengelolaan TPA Bakung. Ia menilai metode open dumping yang dilakukan di TPA Bakung sudah menimbulkan banyak persoalan di tengah masyarakat.
“Penumpukan sampah yang begitu saja dilakukan, telah menimbulkan masalah lingkungan. Seperti bau menyengat, pencemaran air di tanah sekitar, hingga berbagai penyakit yang bisa terjadi. Karena itu, kami mendorong pemkot mencari solusi. Misalnya, ada sistem sanitary landfill," ujarnya, Rabu.
Atau paling tidak, jelas Wiyadi, pemkot membuat kebijakan di tingkat masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik.
“Kalau semua ke (TPA) Bakung, luas (TPA) Bakung ini kan kalau kita lihat sudah tidak representatif lagi. Sementara, masih terus beroperasi dengan ratusan ton sampah setiap harinya,” kata Wiyadi.
"Kami akan membantu pemkot mencari solusi dan memecah rantai sampah ke TPA," imbuhnya.
Terkait bank sampah, Wiyadi berharap gerakan seperti itu didukung, dengan cara mengembangkan lagi potensi yang telah ada.
“Sekarang kalau kita lihat, banyak sampah plastik. Sampah itu bisa didaur ulang menjadi produk bernilai ekonomis, itu kan bagus ya," kata Wiyadi. "Tidak hanya di tingkat masyarakat, kalau bisa di tingkat lembaga pemerintahan juga membentuk kegiatan serupa agar lebih banyak lagi pos pengelolaan sampah," sambungnya.
Post a Comment